Mengapa
rasanya sulit sekali berinvestasi? Mungkin selama ini Anda terpapar oleh
hal-hal berikut yang mempersulit Anda berinvestasi, tanpa sadar.
The Latte Factor
The Latte Factor adalah buku yang ditulis oleh
David Bach, yang menyatakan bahwa untuk menjadi kaya, yang diperlukan adalah
melihat ke kebiasaan kecil keuangan yang dilakukan setiap hari dan memutuskan
apakah uang yang habis untuk itu bisa dialihkan ke kebutuhan masa depan
(menabung dan berinvestasi).
Menyisihkan sebagian uang untuk masa depan
daripada 'jajan' seperti ngopi-ngopi cantik, rokok, majalah/biaya berlangganan,
akan bisa membuat perbedaan antara hidup sejahtera dan hidup pas-pasan bahkan
minus.
Kata 'latte' digunakan
sebagai contoh untuk kebiasaan, namun juga bisa menunjuk kebiasaan kecil apapun
yang secara tidak sadar menghabiskan banyak uang jika diakumulasikan. Mungkin
Anda tidak hobi minum kopi, tapi sering mengunjungi minimarket samping kantor
untuk sekedar menghilangkan rasa bosan. Atau iseng membuka aplikasi ojek online
dan melihat-lihat cemilan apa yang bisa diantar saat ini langsung ke tempat
Anda.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan, dan tentu saja
tidak mudah menghilangkan kebiasaan. Tidak harus dihilangkan, namun cukup
menyadari bahwa kebiasaan kecil Anda ternyata memboroskan uang secara akumulasi
dan Anda bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Selain itu juga menyadari bahwa jika Anda masih
bisa 'jajan', gaji Anda ternyata tidak sepas-pasan itu.
Terpengaruh Lingkungan
Berdasarkan polling yang diadakan oleh American
Institute of CPA (AICPA) tahun 2013 kepada responden berusia 25-34 tahun, tiga
perempatnya atau sekitar 78% terpengaruh kebiasaan keuangan dari teman.
Enam puluh enam persen ingin bertempat tinggal
di mana teman-teman mereka tinggal, dan 64% mengatakan hal yang sama soal
pakaian. Dan hampir dua per tiga mengalami tekanan pergaulan soal tempat makan
kekinian dan gawai yang dimiliki.
Data tersebut menunjukkan bahwa teman
sepergaulan memegang peranan penting dalam keuangan, tanpa disadari. Uang yang
seharusnya bisa dialihkan untuk berinvestasi, bisa jadi habis karena pergaulan,
misalnya nongkrong di café atau restoran yang cukup menguras kantong,
berbelanja bersama, iseng mengunjungi mall yang diskon lalu terpengaruh teman
untuk membeli barang.
Bagaimana cara menghindarinya? Tentu saja sulit
untuk menghindar dari teman sepergaulan sendiri, namun sebagai orang yang
sedang belajar berinvestasi Anda bisa pelan-pelan membuka topik tentang mengapa
penting berinvestasi tanpa terdengar menggurui. Siapa tahu teman-teman Anda
akan sadar dan justru bisa saling mengingatkan tentang pentingnya berinvestasi.
Tidak Mengerti Pentingnya Berinvestasi
Untuk apa berinvestasi? Banyak orang tidak bisa
menjawab pertanyaan ini. Jawaban yang seringkali terdengar adalah "Yaa..
buat invest aja." Belum adanya pengertian korelasi antara tujuan keuangan
dan berinvestasi.
Masyarakat kita adalah masyarakat yang gemar
menabung. Gerakan menabung digalakkan pemerintah sejak usia dini. Gerakan ini
sangat baik namun sayangnya tidak relevan untuk tujuan keuangan jangka panjang,
misalnya mempersiapkan pensiun atau dana pendidikan anak.
Mengapa? Adanya inflasi yang cukup tinggi.
Dengan tabungan biasa yang mungkin kenaikannya hanya 1% atau 2%, atau deposito
dengan 4%, menghadapi inflasi sekolah swasta misalnya yang bisa mencapai
10-15%.
Tentu saja hanya dengan menabung, uang simpanan
kita akan 'kalah' dibandingkan kenaikan harga barang. Apalagi jika tujuannya
adalah tujuan jangka panjang terutama pensiun di mana tidak akan ada pemasukan
seperti saat usia produktif namun biaya hidup sangat tinggi.
Semakin panjang jangka waktunya maka semakin
tinggi kenaikan harga barang, semakin tinggi pula biaya hidup. Di sinilah
investasi berperan.
Investasi mengandung risiko, namun investasi
bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari tabungan. Yang membedakan
investasi dan tabungan adalah produknya. Tabungan, seperti yang telah dikenal,
adalah produk bank.
Simpanan yang aman, karena kapanpun ingin
diambil jumlahnya pasti sesuai dengan yang disetorkan awal, hanya dipotong
biaya administrasi. Investasi, sangat bervariasi produknya.
Bisa berupa produk bursa seperti saham,
obligasi, reksa dana atau investasi riil seperti properti dan menanam modal
langsung di bisnis. Pemilihan produk haruslah disesuaikan dengan tujuan
keuangannya.
Contoh, untuk tujuan keuangan jangka panjang
bisa menggunakan produk reksadana saham atau saham, dengan menyesuaikan profil
resiko masing-masing. Tetapi untuk tujuan keuangan jangka menengah, bisa
menggunakan ORI (Obligasi Ritel Indonesia) yang dikeluarkan pemerintah dan bisa
dibeli di bank.
Sangat berbahaya jika Anda tidak menyesuaikan
investasi yang dimiliki dengan tujuan keuangan, karena sama saja dengan
memaparkan uang Anda ke risiko tinggi tanpa mengerti/menentukan untuk apa
melakukan hal itu.
Setelah mengetahui untuk apa Anda berinvestasi,
akan jadi lebih mudah untuk mencari tahu bagaimana caranya berinvestasi. Jika
tujuannya saja tidak ada, wajar jika hingga kini Anda belum memiliki investasi.
Tidak Mencari Ilmu
Investasi tentu perlu ilmu. Mungkin Anda pernah
mendengar kerabat Anda tertipu "investasi" hingga jutaan bahkan
puluhan/ratusan juta Rupiah. Hal itu terjadi karena minimnya ilmu tentang
berinvestasi, selain karena pada dasarnya sifat manusia yang serakah.
Investasi yang paling awal perlu Anda lakukan
adalah bukan ke keuangan Anda tapi investasi "leher ke atas" alias
ilmu. Anda bisa investasi ilmu dengan membaca segala artikel yang ada di
internet ataupun video secara gratis namun ilmu yang didapat tentu saja tidak
sistematis.
Untuk memperoleh ilmu perencanaan keuangan dan
investasi secara sistematis dan komprehensif Anda bisa mengikuti kelas
perencanaan keuangan yang dilakukan baik oleh AAM & Associates
https://ow.ly/pxId30gC3BB maupun IARFC Indonesia https://ow.ly/NbPy30gC3Dy.
Info workshop Kaya Raya Dengan Reksa Dana
Januari 2018 buka di sini https://bit.ly/WRD0118. Untuk belajar mengelola gaji
bulanan bisa ikut workshop CPMM, info di sini https://bit.ly/PMM0118.
Sementara untuk ilmu yang lengkap, anda bisa
belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya
dengan ikutan workshop Basic Financial Planning info lihat di sini
https://bit.ly/BFP0118.
Selain itu bisa juga bergabung di akun telegram
group kami dengan nama Seputar Keuangan atau klik di sini
t.me/seputarkeuangan.
COMMENTS